JAKARTA – Sebuah desa nan sepi dengan hawa tenang di pesisir Danau Malawi ternyata menyembunyikan rahasia kelam terkait ilmu hitam atau santet.
Desa itu adalah Desa Lupembe, yang menjadi saksi tragedi mengerikan pada 26 Desember 2019 lalu. Saat itu, massa yang termakan rumor praktik ilmu hitam membunuh dan menggantung sejumlah anggota sebuah keluarga yang tinggal di sana.
Peristiwa itu hanya satu dari puluhan tragedi brutal pembunuhan yang mengguncang negara Afrika selatan itu selama beberapa tahun terakhir yang dipicu rumor praktik santet atau sihir.
Rentetan tragedi nahas itu pun sampai membuat pemerintah gusar dan mendorong perubahan dramatis pada undang-undang terkait penyebaran rumor terkait praktik sihir.
Praktik ilmu hitam memang masih sangat mengakar di kalangan warga di banyak negara Afrika, terutama di kawasan sub-Sahara.
Reporter AFP berkesempatan meliput desa itu baru-baru ini dan mendengar langsung cerita warga setempat, salah satunya Walinaye Mwanguphiri.
Mwanguphiri merupakan warga Desa Lupembe sekaligus anggota keluarga korban penyerangan.
“Ratusan penduduk desa menyerbu rumah kami dari segala arah dan mulai menyerang saya, saudara laki-laki saya dan orang tua saya,” pria 36 tahun itu.
Mwanguphiri mengatakan ratusan warga desa menyerang rumahnya karena menuduh keluarganya melakukan praktik ilmu hitam hingga membuat anak sepupunya meninggal dunia.
Mwanguphiri mengaku berhasil selamat setelah kabur dari penyerbuan itu. Namun, saudara laki-laki, orang tua, hingga tantenya terbunuh.
Mwanguphiri bercerita serbuan tersebut terjadi kala keluarganya berkumpul di kuburan massal desa untuk mengubur anak laki-laki sepupunya yang meninggal setelah tak lama sakit.
Namun, penduduk desa percaya keluarga Mwanguphiri sengaja membunuh anak sepupunya tersebut dengan sihir hitam atau santet.
Mwanguphiri mengatakan ia berhasil menghindar dari kerumunan dan berlari kabur dari desa itu, meninggalkan orang tua dan saudara laki-lakinya, yang meninggal karena dipukuli massa.
“Saya selamat dalam kesempatan yang kecil,” kata pria itu.
Mwanguphiri juga menuturkan kerumunan warga menghancurkan rumahnya, rumah saudara laki-lakinya, dan rumah tantenya sebelum bubar.
Penegak hukum sempat menangkap sejumlah penduduk desa, tetapi kemudian membebaskan mereka, kata Mwanguphiri.
Sampai saat ini, Mwanguphiri tidak mengetahui apa yang menyebabkan rumor ‘pembunuhan’ tersebut.
Mwanguphiri sendiri baru bisa kembali ke Lupembe setahun setelah insiden itu terjadi. Ia kemudian mengurus kelima anak saudaranya yang kini yatim-piatu.
“Meski sulit bagi kami tinggal di sini setelah apa yang terjadi, kami tak memiliki pilihan lain karena ini adalah satu-satunya rumah yang kami tahu. Kami tak memiliki tempat lain untuk pergi,” katanya.
Keluarga Mwanguphiri merupakan satu dari puluhan korban lain dalam kasus pembunuhan imbas rumor ilmu hitam di Malawi.
Berdasarkan data Pusat Hak Asasi Manusia dan Rehabilitasi (CHRR), sejak 2019, kerumunan warga desa telah membunuh setidaknya 75 orang karena diduga terlibat dengan ilmu hitam.
Tak hanya itu, staf Perserikatan Bangsa-Bangsa di selatan Malawi sempat harus dipulangkan. Setidaknya tujuh orang dibunuh kala rumor terkait vampir muncul di daerah itu.
Bahkan pada pekan lalu, media lokal melaporkan sejumlah warga di Dedza, Malawi tengah, membunuh seorang kepala desa karena diduga menggunakan santet untuk membunuh keponakannya. (*)
Sumber: CNNIndonesia