RILIS.NET, ACEH TIMUR – Pekan Seni Islami program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh yang digelar di Aceh Timur pada Sabtu (21/5) lalu, menuai kritikan dari sejumlah elemen sipil di daerah itu.
Menurut Ketua LSM Komunikasi Advokasi Nanggroe Aceh (KANA) Muzakir program itu dibungkus dengan judul islami diduga hanya modus belaka demi memuluskan hasrat dalam meraup keuntungan semata.
“Kita menduga program itu hanya modus belaka untuk meraup keuntungan, hanya saja agar tidak dikecam oleh masyarakat mereka memakai kalimat seni islami. Bayangkan, apakah program seperti nyanyian live musik, teater itu program yang dianjurkan oleh syariat islam. Jadi kalau mau gelar seni ya seni aja, jangan membawa-bawa agama,” kritik Muzakir.
Menurut Muzakir, program itu merupakan aspirasi dari salah satu Anggota DPRA dari Fraksi Partai Aceh, lalu program tadi (aspirasi dewan) dititipkan di Disbudpar Aceh, dan yang mengerjakan program dewan ini juga pihak tertentu yang telah ditunjukan sebagai Event Organizer.
“Dari aspirasi Anggota DPRA program yang dititip di Disbudpar Aceh ini kemudian digelar oleh Riski Maulizar sebagai Direktur EO dari lembaga GAMS dengan anggaran berkisar Rp 1 miliar rupiah dari sumber sapirasi dewan, dan menurut informasi program ini akan digelar secara bertahap perpaket,” sebut Muzakir kepada RILIS.NET, Jumat (27/5).
Sebagai elemen sipil di Aceh Timur, Muzakir turut menyayangkan kalau aspirasi sebanyak itu tanpa ada manfaat yang berarti bagi penegakan syariat Islam di Aceh Timur, setidaknya program aspirasi itu dapat dilaksanakan dalam bentuk rill penegakan syariat Islam seperti MTQ, membantu balai pengajian di Desa-desa, serta merehab tempat ibadah maupun kegiatan ibadah lainnya, bukan mengatas namakan islami saja dan kegiatannyapun justru terkadang bertentangan dengan syariat Islam,” terang Muzakir.
Sementara itu, Direktur Event Organizer Riski Maulizar saat dikonfirmasi RILIS.NET pada Kamis malam membenarkan bahwa program itu berasal dari aspirasi salah seorang anggota DPRA asal Aceh Timur, yang bertujuan untuk melestarikan budaya leluhur kepada generasi penerus.
Disbudpar Aceh gelar kegiatan Pekan Seni Islami dengan thema Aneuk Nangroe Peuwareh Budaya’ syiar budaya islam cegah budaya asing.
Menurut Riski kepada RILIS.NET, kegiatan itu sangat tepat di selenggarakan di Aceh Timur, yang mana Aceh Timur ini merupakan satu daerah yang mempunyai nilai-nilai budaya kultural islami yang masih sangat Kental.
“Sehingga untuk merawat kebudayaan ini maka sebagai penyambung warisan leluhur kepada generasi penerus,” sebut Riski Maulizar kepada RILIS.NET.
“Adapun rangkaian kegiatan pentas seni islami yang di tampilkan diantaranya Bur’am, Teater Seni Rajut, Group Nasyid Zikrul Ma’iyah, As ziham, dan group dikeu Nurul Huda, dan group Seni Rapai Bandar Khalifah serta lagu sigaes Maimunzir,” sebut Riski maulizar.
Riski juga mengatakan kalau anggaran untuk program itu berkisar Rp1 miliar dari program aspirasi dewan Tgk Yunus. “Rencananya dari total anggaran itu nantinya akan digelar sejumlah aitem lainnya seperti video dokumenter islami, festival dike, dike massal dan yang terakhir tabliq Akbar,” ujar Direktur Event Organizer Riski Maulizar.
Sebelumnya diketahui, Pekan Seni Islami ini digelar di gedung Idi Sport Center (ISC), yang berlangsung selama dua hari, dari Sabtu – Minggu 22 Mei 2022.
Dalam acara ini juga turut dihadiri Kabid Bahasa dan Seni Disbudpar Aceh Laila, Ketua Komisi l DPRA Tgk M Yunus, Asisten II Aiyub, Ketua MAA Aceh Timur, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Timur, MPD Aceh Timur, para pegiat seni, serta unsur perwakilan forkopimda dan undangan lainnya.
Terkait dengan dugaan Muzakir itu, RILIS.NET turut mengkonfirmasi Kadisbudpar Aceh melalui Kabid Bahasa dan Seni Laila, namun sejauh ini belum ada tanggapan resmi dari Laila, begitupun pesan WhatsApp yang dikirim media ini belum juga terbalas hingga berita ini ditayang pada Jumat malam. (rn/red)
- Penulis: Redaksi
- Editor: Mahyuddin