JAKARTA – Perang saudara kini melanda Sudan. Bahkan, konflik terbaru menewaskan lebih dari 100 orang hanya dalam tiga hari.
Pertempuran berkecambuk di negeri itu akibat persaingan para jenderal untuk merebut kekuasaan di negeri tersebut. Serangan udara, tank di jalanan, tembakan artileri dan senjata berat pecah di seluruh negeri, tak hanya ibu kota Khartoum, sejak akhir pekan hingga Senin ini.
“Korban tewas di antara warga sipil … telah mencapai 97,” kata serikat dokter menambahkan bahwa “puluhan” lain juga meregang nyawa, dikutip AFP.
Komite Sentral Dokter Sudan, sebuah organisasi pro-demokrasi yang terpisah, juga melaporkan hal sama. Dilaporkan pula bagaimana sekitar 942 orang terluka.
“Tiga staf PBB dari Program Pangan Dunia termasuk di antara mereka yang tewas dalam pertempuran,” muat media Prancis itu lagi.
“Ini memaksa penghentian sementara semua operasi di negara di mana sepertiga penduduknya membutuhkan bantuan,” tegasnya.
Bagaimana kronologinya?
Ketegangan ini dimulai sejak 2021. Kudeta membuat dua jenderal berebut kekuasaan. Mereka adalah Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo.
Fattah al-Burhan adalah panglima militer Sudan. Namun Daglo memimpin Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang kuat.
Kedua belah pihak menuduh yang lain memulai pertempuran. Keduanya juga mengklaim berada di atas angin dengan menyatakan kontrol atas situs-situs utama, termasuk bandara dan istana kepresidenan meski tak bisa diverivikasi secara independen.
Gedung-Gedung Ibu Kota Meledak, Listrik Mati
Senin, kekerasan masih terus terjadi. Tembakan keras dan ledakan yang memekakkan telinga terus mengguncang gedung-gedung.
Wartawan AFP juga melaporkan bagaimana suara eras ledakan bergema di jalan-jalan Khartoum saat pertempuran jalanan berlanjut. Listrik pun telah padam di sebagian ibu kota.
“Pertempuran di dalam ibu kota belum pernah terjadi sebelumnya,” kata analis Sudan Kholood Khair.
“Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Sudan. Tentu saja dalam sejarah kemerdekaannya, terjadi tingkat kekerasan seperti ini di pusat, di Khartoum,” ujarnya.
Liga Arab, PBB, AS “Teriak“
Sebenarnya seruan untuk mengakhiri pertempuran telah datang dari seluruh wilayah dan dunia. Termasuk Uni Afrika, Liga Arab, dan IGAD blok Afrika Timur.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan eskalasi pertempuran akan semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah genting. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak saingan yang bertikai untuk menyetujui “penghentian segera kekerasan” dan memulai pembicaraan. (*)
Sumber: cnbc