Ilustrasi nilai tukar rupiah/cnn |
rilisNET, Jakarta – Nilai tukar rupiah ercatat di posisi Rp14.101 per dolar merika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Jumat (6/9) sore. Posisi ini menguat 0,38 persen dibanding penutupan pada Kamis (5/9) yakni Rp14.155 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.140 per dolar AS atau menguat dibanding kemarin yakni Rp14.153 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah berada di dalam rentang Rp14.101 hingga Rp14.148 per dolar AS.
Sore hari ini, mayoritas mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Baht Thailand menguat 0,04 persen, dolar Singapura menguat 0,09 persen, peso Filipina menguat 0,14 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,21 persen.
Kemudian, rupee India menguat 0,28 persen, won Korea Selatan menguat 0,28 persen, dan yuan China menguat 0,41 persen. Namun di sisi lain, terdapat mata uang yang melemah terhadap dolar AS seperti dolar Hong Kong sebesar 0,02 persen dan yen Jepang sebesar 0,11 persen.
Sementara itu, mata uang negara maju seperti euro dan dolar Australia masing-masing menguat sebesar 0,03 persen dan 0,27 persen terhadap dolar AS. Namun, poundsterling Inggris melemah 0,28 persen terhadap dolar AS.
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan penguatan rupiah hari ini disebabkan oleh sentimen penguatan cadangan devisa. Bank Indonesia mencatat cadangan devisa Agustus di angka US$126,4 miliar atau yang tertinggi sejak Februari 2018.
Kemudian dari sisi eksternal, penguatan rupiah juga disebabkan oleh rencana pertemuan AS dan China untuk mencari kembali titik temu perang dagang.
Hal ini terungkap setelah Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Gubernur Bank Sentral China Yi Gang telah menghubungi Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada 5 September lalu untuk menyepakati dialog di Washington DC pada awal Oktober mendatang.
Meski demikian, rupiah masih perlu waspada. Sebab, reli rupiah dalam tiga hari berturut-turut bisa memotivasi investor untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking). Kemudian, rupiah bisa saja melemah di awal pekan nanti jika data ketenagakerjaan AS (Non-Farm Payroll/NFP) membaik.
“Hari ini memang banyak hal yang mendukung penguatan rupiah, tapi juga masih banyak yang perlu dicermati hingga awal pekan mendatang,” jelas Deddy kepada CNNIndonesia.com, Jumat (6/9).