JAKARTA – Seperti diketahui Jokowi sudah menunjuk Mayjen (Purn) Achmad Marzuki sebagai penjabat Gubernur Aceh, dan dilantik Rabu (6/7) di Gedung DPR Aceh oleh Menteri Dalam Negeri.
Staf Khusus Menteri Dalamp Negeri Kastorius Sinaga memastikan Achmad Marzuki sudah pensiun sebagai prajurit TNI AD.
“Iya benar. Bapak Achmad Marzuki sudah pensiun dari TNI. Beliau bukan Jenderal TNI aktif, sudah purnawirawan,” kata pria yang akrab disapa Kasto itu seperti dilansir CNNIndonesia.com pada Selasa (5/7) kemarin.
Sebelumnya, pada tahun 2016 lalu Aceh juga pernah dipimpin oleh kalangan militer seperti Mayjen (Purn) Soedarmo yang menjabat sebagai Plt Gubernur Aceh pada periode 28 Oktober 2016-11 Februari 2017 lalu.
Saat itu Soedarmo mengisi posisi Zaini Abdullah yang cuti dari Gubernur Aceh karena mengikuti tahapan Pilkada Aceh 2017.
Mengutip laman CNNIndonesia pada Selasa (5/7), Mantan Menteri Pertahanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Zakaria Saman buka suara soal penunjukan Pj Gubernur Aceh dari kalangan militer.
Menurutnya, penunjukan Pj dari kalangan militer mengindikasikan bahwa pemerintah seolah ingin membuka luka lama yang dialami masyarakat Aceh saat konflik berkecamuk di Tanah Rencong antara RI dan GAM.
“Saya sudah pernah berbicara, Aceh baru saja selesai konflik, malah dipilih pejabat dari militer lagi. Kan seperti membuka luka lama lagi,” kata Zakaria Saman kepada wartawan, Selasa (5/7).
Zakaria menginginkan sebelumnya agar sosok yang memimpin Aceh setelah masa jabatan Nova Iriansyah berakhir 5 Juli 2022 itu adalah putra Aceh dari kalangan sipil. Jika pun bukan putra Aceh, setidaknya, kata dia jangan dari militer.
“Tentara mana tahu dia masalah umum, yang tahu kan masyarakat, jadi kalau Pj Gubernur Aceh harus dari sipil, walaupun lahir di luar Aceh, setidaknya tahu dan mengerti tentang Aceh,” ujarnya.
Hanya saja mantan Petinggi GAM ini yakin dan optimis Presiden Joko Widodo bakal menunjuk sosok terbaik untuk Pj Gubernur Aceh, tentunya, ia berharap bukan dari kalangan militer.
“Kita bisa bicara ini itu, tapi yang menentukan pemerintah dalam hal ini adalah presiden,” ucapnya.
Zakaria menginginkan sebelumnya agar sosok yang memimpin Aceh setelah masa jabatan Nova Iriansyah berakhir 5 Juli 2022, adalah putra Aceh dari kalangan sipil. Jika pun bukan putra Aceh, setidaknya, kata dia jangan dari militer.
“Tentara mana tahu dia masalah umum, yang tahu kan masyarakat, jadi kalau Pj Gubernur Aceh harus dari sipil, walaupun lahir di luar Aceh, setidaknya tahu dan mengerti tentang Aceh,” ujarnya.
“Saya sudah pernah berbicara, Aceh baru saja selesai konflik, malah dipilih pejabat dari militer lagi. Kan seperti membuka luka lama lagi,” kata Zakaria Saman kepada wartawan, Selasa (5/7).
Mantan Menteri Pertahanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Zakaria Saman buka suara soal penunjukan Pj Gubernur Aceh dari kalangan militer.
Menurutnya, penunjukan Pj dari kalangan militer mengindikasikan bahwa pemerintah seolah ingin membuka luka lama yang dialami masyarakat Aceh saat konflik berkecamuk di Tanah Rencong antara RI dan GAM.
Sementara itu, Wakil Ketua II DPR Aceh Hendra Budian menyatakan pihaknya tak mempersoalkan pilihan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menjadikan sosok dari kalangan militer untuk menjadi penjabat gubernur.
Sebagai informasi, Jokowi lewat Kemendagri telah menunjuk Mayjen (Purn) Achmad Marzuki sebagai penjabat Gubernur Aceh.
Menurutnya tidak masalah apabila Pj Gubernur Aceh dari kalangan militer, asalkan mampu membangun Aceh dan menciptakan kondisi aman.
“Tidak masalah soal itu (kalangan militer). Yang penting bagi kita saat ini adalah bagaimana bersama-sama kita bisa membangun Aceh ke arah yang lebih baik lagi,” kata Hendra Budian kepada wartawan, Banda Aceh, Selasa (5/7).
Sebelumnya, DPR Aceh mengusulkan tiga nama calon penjabat gubernur, di mana satu di antaranya berasal dari kalangan militer.
Tiga nama yang diusulkan DPRA ke pusat untuk menjadi Pj Gubernur itu sebelumnya adalah Dirjen Bina Adwil Kemendagri Safrizal, Mantan Pangdam Iskandar Muda Mayjend TNI Ahmad Marzuki, dan Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar.
Sumber: CNNIndonesia
Editor: Mahyuddin

