POHON Pucuk Merah atau dalam bahasa ilmiah disebut Syzygium paniculatum banyak yang telah punah di taman jalan dua jalur Kota Idi Rayeuk, Aceh Timur. Puluhan pohon sejenis bunga ini bukan mati dimakan hama, tetapi punah karena tak dapat suplai air dari pihak terkait.
Kepada sejumlah media lokal DLHK setempat berdalih, akibat keterbatasan anggaran khususnya di Dinas LHK sehingga belum memiliki anggaran untuk mengisi BBM mobil tanki air.
Kedengarannya memang sangat klasik, tapi ini nyata seperti yang diberitakan oleh media online beberapa waktu lalu.
Ibarat pepatah Aceh ‘Meuhai leumo ngen taloe‘ (mahal sapi dari pada tali). Peribahasa ini menyindir sesuatu hal yang sepele tetapi seakan terasa berat dan besar.
Bayangkan, tak sedikit anggaran yang mampu digelontorkan untuk pengadaan taman dan bunga, namun sangat disayangkan jika daerah tak punya dana untuk beli minyak mobil penyiram bunga, sehingga terkesan Pemda Aceh Timur hanya sanggup berbuat tapi tak mampu merawat, sehingga bunga-bunga itu harus kering dan mati karena tak cukup air.
Lebih baik merawat sesuatu yang telah ada ketimbang mengadakan yang baru dengan biaya yang jauh lebih besar. Tanam baru ujung-ujungnya sudah pasti dua kali rugi, beli baru tanam dan siram lagi. Sehingga tidak salah bila masyarakat berstigma negatif. Meraka mampu berbuat tapi tak sanggup merawat.
Editor: Mahyud